Jumat, 23 November 2018




Bioetanol

Judul: Bioetanol
Penulis: Dr. Ir. Nur Richana, M.S
Penerbit: Nuansa Cendekia
Tebal: 72 Halaman


Sudah saatnya penggunaan sumber energi terbarukan berupa bahan bakar nabati (BBN) atau bioenergi ditingkatkan, menggantikan bahan bakar fosil yang semakin menipis, seperti dalam Inpres No 1/2006 dan Perpres No 5/2006 tentang kebijakan energi nasional. Bahan bakar nabati (BBN) cair meliputi biodiesel untuk mengganti solar dan bioetanol untuk mengganti bensin, yang keduanya merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan.
Indonesia memiliki 60 jenis tanaman yang berpotensi menjadi sumber energi BBN. Biodiesel dapat diperoleh dari kelapa sawit, minyak jarak, kelapa, kapuk, dan tanaman lain yang mengandung minyak. Sedangkan bioetanol dapat dihasilkan dari bahan bergula (molases, aren dan nira lain), bahan berpati (ubi kayu, jagung, sagu, dan ubi-ubian lain), dan bahan berserat (lignoselulosa). Pada tahap awal, Pemerintah Indonesia memfokuskan pengembangan bioetanol dari bahan baku ubi kayu. Namun demikian untuk pengembangan selanjutnya tidak tertutup kemungkinan digunakan bahan baku lainnya yang lebih murah dan mudah didapatkan tanpa bersaing dengan bahan pangan maupun pakan.
Target BBN pada 2010 adalah biodiesel sebesar konsumsi solar 10 persen yakni 2,41 juta kiloliter (kl), bioetanol sebesar lima persen konsumsi premium atau 1,48 juta kl, biokerosin 1 juta kl, dan pemanfaatan Pure Plant Oil (PPO) untuk pembangkit listrik sebesar 0,4 juta kl. Total pemanfaatan biofuel 2010 mencapai dua persen energi mix nasional, yakni sebesar 5,29 juta kl.
Sementara itu, target 2025, pemanfaatan biodiesel sebesar 20 persen konsumsi solar 10,22 juta kl, bioetanol 15 persen konsumsi premium 6,28 juta kl, biokerosen 4,07 juta kl, PPO 1,69 juta kl sehingga total pemanfaatan BBN sebesar lima persen energi mix yaitu 22,26 juta kl. Untuk mengejar target, pemerintah mendorong terbangunnya desa-desa mandiri energi hingga 1000 desa. Setiap daerah didorong untuk mengembangkan BBN-nya sesuai potensi yang ada, serta membangun kawasan khusus pengembangan BBNnya. Untuk itu, perlu disosialisasikan teknologi produksi bioetanol untuk pedesaan.
Dikutip dari buku Seri Tekno-Agri berjudul Bioetanol karya Dr. Ir. Nur Richana, M. S. Penerbit Nuansa, 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar