Jumat, 23 November 2018

Proses Pembuatan dan Teknologi Pengolahan Gula Singkong






Judul: Gula Singkong

Penulis: Dr. Ir. Nur Richana, M.S.
Penerbit: Nuansa Cendekia
Tebal: 64 Halaman


Ubikayu atau singkong merupakan tanaman pertanian yang banyak ditanam di Indonesia. Ubikayu dapat diproses menjadi sirup glukosa (atau yang disebut gula singkong) dan fruktosa. Gula singkong ini merupakan bahan pemanis berbentuk cairan, tidak berbau dan tidak berwarna. Selama ini, gula singkong biasa diproduksi oleh industri-industri besar yang telah menggunakan teknologi dan peralatan canggih. Padahal, sebenarnya ada teknologi pembuatan gula singkong yang sederhana dan dapat dilakukan di pedesaan.
Buku ini akan memperkenalkan cara menghasilkan gula singkong yang bermutu dengan teknik yang sederhana sehingga bisa diterapkan dipedesaan. Teknologi yang diterapkan disini adalah: teknik likuifikasi, sakarifikasi, netralisasi dan penyaringan, serta selanjutnya teknik penguapan.
Semoga buku ini menjadi salah satu media transfer teknologi bagi masyarakat yang ingin membuat gula singkong, dan dapat mendasari pemikiran bagi peneliti atau mahasiswa yang sedang melakukan penelitian tentang gula dari ubikayu atau singkong.

Pada kesempatan ini penulis mengungkapkan banyak terimakasih kepada teman-teman di Balai Besar Litbang Pascapanen, terutama Wahyudianto, Pia Lestina dan Triono yang telah banyak membantu penulis di laboratorium. Tidak lupa, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Uang Suryadi di Pekalongan-Lampung. Ucapan terimakasih disampaikan pula kepada semua pihak yang membantu penyusunan buku ini. Semoga bermanfaat.

Malu Aku Menatap Wajah Saudaraku Para Petani karya taufik ismail oleh nur richana





Ketika menatap Indonesia di abad 21 ini Tampaklah olehku ratusan ribu desa, Jutaan hektar sawah, ladang, perkebunan, Peternakan, perikanan, Di pedalaman, di pantai dan lautan, Terasa olehku denyut irigasi, pergantian cuaca, Kemarau dan banjir datang dan pergi Dan tanah airku yang Digebrak krisis demi krisis, seperti tak habis habis, Terpincang-pincang dan sempoyongan. Berjuta wajahmu tampak olehku Wahai saudaraku petani, dengan istri dan anakmu, Garis-garis wajahmu di abad 21 ini Masih serupa dengan garis-garis wajahmu abad yang lalu, Garis-garis penderitaan berkepanjangan, Dan aku malu, Aku malu kepadamu. Aku malu kepadamu, wahai saudaraku petani di pedesaan. Hidup kami di kota disubsidi oleh kalian petani. Beras yang masuk ke perut kami Harganya kalian subsidi Sedangkan pakaian, rumah, dan pendidikan anak kalian Tak pernah kami orang kota Kepada kalian petani, ganti memberikan subsidi Petani saudaraku Aku terpaksa mengaku Kalian selama ini kami jadikan objek Belum lagi jadi subjek Berpulih-puluh tahun lamanya. Aku malu. Hasil cucuran keringat kalian berbulan-bulan Bulir-bulir indah, kuning keemasan Dipanen dengan hati-hati penuh kesayangan Dikumpulkan dan ke dalam karung dimasukkan Tetapi ketika sampai pada masalah penjualan Kami orang kota Yang menentapkan harga Aku malu mengatakan Ini adalah suatu bentuk penindasan Dan aku tertegun menyaksikan Gabah yang kalian bakar itu Bau asapnya Merebak ke seantero bangsa Demikian siklus pengulangan dan pengulangan Hidup kami di kota disubsidi oleh kalian petani Karbohidrat yang setia kalian sediakan Harganya tak dapat kalian sendiri menentukan Sedangkan kami orang perkotaan Bila kami memproduksi sesuatu Dan bila tentang harga, ada yang mencoba campur tangan Kami orang kota akan berteriak habis-habisan Dan mengacungkan tinju, setinggi awan Kalian seperti bandul yang diayun-ayunkan Antara swasembada dan tidak swasembada Antara menghentikan impor beras dengan mengimpor beras Swasembada tidak swasembada Menghentikan impor beras mengimpor beras Bandul yang bingung berayun-ayun Bandul yang bingung diayun-ayunkan Petani saudaraku Aku terpaksa mengaku Kalian selama ini kami jadikan objek Belum jadi subjek Berpuluh-puluh tahun lamanya Aku malu Didalam setiap pemilihan umum dilangsungkan Kepada kalian janji-janji diumpankan Tapi sekaligus ke arah kepala kalian Diacungkan pula tinju ancaman Dulu oleh pemerintah, kini oleh partai politik Dan kalian hadapi ini Antara kesabaran dan kemuakan Menonton dari kejauhan DPR yang turun, DPR yang naik Presiden yang turun dan presiden yang naik Nasib yang beringsut sangat lamban Dan tak kudengar dari mulut kalian Sepatah katapun diucapkan Saudaraku, Ditengah krisis ini yang seperti tak habis-habis Di tengah azab demi azab menimpa bangsa Kami berdoa semoga yang selama ini jadi objek Dapatlah kiranya berubah menjadi subjek Jangka waktunya pastilah lama Tapi semuanya kita pulangkan Kepada Tuhan Ya Tuhan Tolonglah petani kami Tolonglah bangsa kami Amin. Juli 2003 Taufk Ismail



Bioetanol

Judul: Bioetanol
Penulis: Dr. Ir. Nur Richana, M.S
Penerbit: Nuansa Cendekia
Tebal: 72 Halaman


Sudah saatnya penggunaan sumber energi terbarukan berupa bahan bakar nabati (BBN) atau bioenergi ditingkatkan, menggantikan bahan bakar fosil yang semakin menipis, seperti dalam Inpres No 1/2006 dan Perpres No 5/2006 tentang kebijakan energi nasional. Bahan bakar nabati (BBN) cair meliputi biodiesel untuk mengganti solar dan bioetanol untuk mengganti bensin, yang keduanya merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan.
Indonesia memiliki 60 jenis tanaman yang berpotensi menjadi sumber energi BBN. Biodiesel dapat diperoleh dari kelapa sawit, minyak jarak, kelapa, kapuk, dan tanaman lain yang mengandung minyak. Sedangkan bioetanol dapat dihasilkan dari bahan bergula (molases, aren dan nira lain), bahan berpati (ubi kayu, jagung, sagu, dan ubi-ubian lain), dan bahan berserat (lignoselulosa). Pada tahap awal, Pemerintah Indonesia memfokuskan pengembangan bioetanol dari bahan baku ubi kayu. Namun demikian untuk pengembangan selanjutnya tidak tertutup kemungkinan digunakan bahan baku lainnya yang lebih murah dan mudah didapatkan tanpa bersaing dengan bahan pangan maupun pakan.
Target BBN pada 2010 adalah biodiesel sebesar konsumsi solar 10 persen yakni 2,41 juta kiloliter (kl), bioetanol sebesar lima persen konsumsi premium atau 1,48 juta kl, biokerosin 1 juta kl, dan pemanfaatan Pure Plant Oil (PPO) untuk pembangkit listrik sebesar 0,4 juta kl. Total pemanfaatan biofuel 2010 mencapai dua persen energi mix nasional, yakni sebesar 5,29 juta kl.
Sementara itu, target 2025, pemanfaatan biodiesel sebesar 20 persen konsumsi solar 10,22 juta kl, bioetanol 15 persen konsumsi premium 6,28 juta kl, biokerosen 4,07 juta kl, PPO 1,69 juta kl sehingga total pemanfaatan BBN sebesar lima persen energi mix yaitu 22,26 juta kl. Untuk mengejar target, pemerintah mendorong terbangunnya desa-desa mandiri energi hingga 1000 desa. Setiap daerah didorong untuk mengembangkan BBN-nya sesuai potensi yang ada, serta membangun kawasan khusus pengembangan BBNnya. Untuk itu, perlu disosialisasikan teknologi produksi bioetanol untuk pedesaan.
Dikutip dari buku Seri Tekno-Agri berjudul Bioetanol karya Dr. Ir. Nur Richana, M. S. Penerbit Nuansa, 2011.